dici
3 min readJul 19, 2023

--

Nulis tentang Greta Gerwig’s Barbie

Barbie (2023) - Dir. Greta Gerwig

Film akan selalu jadi medium yang asik buat ngomongin isu tertentu dengan target pasar yang sangat luas karena mudahnya akses terus melalui pendekatan audio visual pula hal hal konseptual akan jadi lebih mudah dipahami. Rasanya cuma butuh penulisan yang bagus dan tegas buat jelasin konsep yang njelimet ke orang awam yang mungkin jadi target pasarnya. Seenggaknya langkah pertama buat kenalin “makanan” yang mau disajikan ya harus dengan packaging dan branding yang engaging. Menurutku Barbie atau Greta Gerwig berhasil di bagian itu, baik secara konteks film atau media promosi, i think everyone already sold for it’s trailer, concept or even first quarter of the film.

Setiap film emang selalu bawa ide dan gagasannya masing masing dan Gerwig beneran milih “pisau” yang pas buat ngulitin ide gagasan ataupun isu yang dia bawa di Barbie. Banyak banget film yang ngobrolin soal feminism, patriarki dan studi gender tapi menurutku yang menarik dari Barbie adalah gimana semua isu tadi di-tackling pake naratif metafiksi(?) yang grounded dan kompleks tanpa bikin pusing audiensnya buat pahamin how the worlds inside the movie works terus milih buat pertahanin absurditasnya buat penanda justapoks yang ada di filmnya. Cara ini mungkin jadi pendekatan yang paling masuk akal buat “let the barbie being a barbie” dan itu menurutku salah satu hal yang sangat cerdas dilakuin sama Gerwig dalam mengadaptasi cerita Barbie ini dan jadiin ini Barbie versi dia tanpa kehilangan originalitas dari konsep asli source material-nya.

oh gosh, i really loved how Gerwig’s work on this adaption because it’s crazy how’s her mind works like that. Gak hanya bikin sebuah adaptasi yang simpel, justru kompleksitas yang coba ditunjukin lewat narasi film ini bikin makin jelas apa benang merah yang coba ditarik dari filmnya. Secara gamblang dan vokal memang film ini ditunjukan buat potret distinctive bagaimana utopia narasi feminism yang subur hanya dalam bubble-bubble kecil melawan bagaimana sebetulnya dunia ini yang dijalankan pada ruang-ruang yang sangat patriarkis. Bahkan sebelum konflik dua gagasan ini bertemu kita masih akan diajak menyelami sebenarnya apa itu feminism dalam scope yang lebih dekat dan personal karena hal tersebut adalah sebuah ide yang dinamis yang tidak harus mengikat pada simbol tertentu atau menjadi hal yang kolot.

and Barbie, who all these time living inside her bubble finally acknowledge that the real world is ran by patriarch. Now she was faced kind of existential crisis, Knew that all of on her mind was only mere a fiction, she — herself is a ficiton but patriarchy always had it flaws, and it’s men. I loved how Gerwig using men’s flaws to bring out the worst of them.

Mungkin keliatannya jadi sebuah film dengan konsep cerita yang simpel tapi Gerwig beneran bikin cerita ini gak “it is what it is” dengan berbagai turn of events-nya. It’s maybe about feminism over patriarchy, tapi lebih dalam lagi justru feminism yang coba diangkat di sini adalah bagaimana itu jadi sebuah dasar(?) buat Barbie atau perempuan in general lebih punya peran buat dirinya sendiri. Women did not determined by everything around them, She was herself on her stories and could be anything what she wants, menurutku itu mungkin feminism ya, you do for your own good and it’s your choice.

I know maybe it’s not my place to talk about feminism, tapi di sini I really appreciate how Gerwig work on that matters buat younger audience or penonton yang awam. This movie really surprised me in a v good way, you should’ve watch it for yourself!

--

--

dici

man, i really love her dan saya harap lisa gak nemu akun ini